Halaman

Telepon Umum dan Mesin Ketik

0 komentar

Untuk pertama kalinya aku berada di sisi jalan beraspal, Aku ditakdirkan untuk memudahkan penikmat bagi tubuhku. Debu jalan dan bisingan kendaraan adalah makanan sehari-hariku. Siang itu seorang wanita muda menghampiriku, dariku dia berkeluh kesah ketidak nyamanannya bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan swasta. Makian dan hinaan dia lontarkan padaku. Tapi aku hanya membisu, kubiarkan dia berkeluh kesah. Setelah ia merasa puas, ia pun pergi. Kulihat dia berjalan dengan cepat, dengan muka memerah.

Keesokan harinya tiga gerombolan anak berpakaian putih biru, meghampiriku. Salah seorang darinya mencoret-coret tubuhku, bolpen warna-warninya mengotori rupaku. Dua temannya sedari tadi menekan-nekan tubuhku, entah apa maksud dari jari-jarinya itu.

Tiba-tiba mereka mengumpatku, itu karena aku tidak berfungsi untuk hari ini. Aku pikir aku sedang sakit saat ini. Anak-anak remaja itu menjauhiku lalu menghilang dari pelupuk mataku.

Sepasang kekasih menghampiriku, mereka tampak mesra. Kedua muda-mudi yang aku tahu berusia muda duduk dihadapanku, dari mata serta gerakan tubuhnya menyiratkan mereka sangat bahagia. Dunia milik mereka berdua ya mungkin, itu lah yang sering aku dengar. Berlalu mereka tanpa melihatku.

***

Ber rak-rak buku mengelilingiku, di samping ku terlihat bolpen, peta, kacamata, buku, beberapa lembar kertas dan daftar peminjam buku dari gedung ini. Seorang wanita tua duduk di depanku, memakai kacamatanya, lalu mengambil kertas dan memasukkannya kepadaku. Di atas kertas itu aku di pakainya, ketukan jari-jemarinya bekerja sangat cepat. Kutahu dia menulis kegalauannya, galau akan buku-buku yang dipinjam oleh peminjam yang tidak bertanggung jawab. Sesekali ia berhenti lalu melanjutkannya lagi, tahu sudah  bahwa wanita ini sedang curhat kepadaku. Tapi apalah aku, tidak dapat memberikan solusi.

Keesokan harinya, wanita tua itu melanjutkan curahan hatinya. Tampaknya ia sangat bahagia, karena dalam beberapa bulan ke depan, ia akan mengarungi hidup dengan belahan jiwanya. Senyum yang sedari tadi terlihat begitu menyejukkan. Tapi apalah aku tak berdaya menyuarakan kegembiraanku.

***

Kini aku sudah lapuk dan tak terpakai, wanita yang berkeluh kesah akan pekerjaannya, anak-anak berseragam putih biru dan sepasang kekasih muda tak terlihat lagi. Ku berdiri tidak sekokoh dulu, menunggu diriku termarjinalkan dari sisi aspal. 

Tidak ada curahan kesedihan dan kegembiraan yang ku dengar. Kini aku tergantikan, wanita tua yang dulu menyuarakan hatinya tidak memakaiku lagi. Di masukkan aku ke kardus dan dibawanyaku ke tempat yang tak teridentifikasi.