Untuk
pertama kalinya aku berada di sisi jalan beraspal, Aku ditakdirkan untuk
memudahkan penikmat bagi tubuhku. Debu jalan dan bisingan kendaraan adalah
makanan sehari-hariku. Siang itu seorang wanita muda menghampiriku, dariku dia
berkeluh kesah ketidak nyamanannya bekerja sebagai sekretaris di salah satu
perusahaan swasta. Makian dan hinaan dia lontarkan padaku. Tapi aku hanya
membisu, kubiarkan dia berkeluh kesah. Setelah ia merasa puas, ia pun pergi. Kulihat
dia berjalan dengan cepat, dengan muka memerah.
Keesokan harinya tiga gerombolan anak berpakaian putih biru, meghampiriku. Salah seorang darinya mencoret-coret tubuhku, bolpen warna-warninya mengotori rupaku. Dua temannya sedari tadi menekan-nekan tubuhku, entah apa maksud dari jari-jarinya itu.
Tiba-tiba mereka mengumpatku, itu karena aku tidak berfungsi untuk hari ini. Aku pikir aku sedang sakit saat ini. Anak-anak remaja itu menjauhiku lalu menghilang dari pelupuk mataku.
Sepasang
kekasih menghampiriku, mereka tampak mesra. Kedua muda-mudi yang aku tahu
berusia muda duduk dihadapanku, dari mata serta gerakan tubuhnya menyiratkan
mereka sangat bahagia. Dunia milik mereka berdua ya mungkin, itu lah yang
sering aku dengar. Berlalu mereka tanpa melihatku.
***
Ber rak-rak
buku mengelilingiku, di samping ku terlihat bolpen, peta, kacamata, buku, beberapa
lembar kertas dan daftar peminjam buku dari gedung ini. Seorang wanita tua
duduk di depanku, memakai kacamatanya, lalu mengambil kertas dan memasukkannya
kepadaku. Di atas kertas itu aku di pakainya, ketukan jari-jemarinya bekerja
sangat cepat. Kutahu dia menulis kegalauannya, galau akan buku-buku yang
dipinjam oleh peminjam yang tidak bertanggung jawab. Sesekali ia berhenti lalu
melanjutkannya lagi, tahu sudah bahwa
wanita ini sedang curhat kepadaku. Tapi apalah aku, tidak dapat memberikan
solusi.
Keesokan
harinya, wanita tua itu melanjutkan curahan hatinya. Tampaknya ia sangat
bahagia, karena dalam beberapa bulan ke depan, ia akan mengarungi hidup dengan
belahan jiwanya. Senyum yang sedari tadi terlihat begitu menyejukkan. Tapi
apalah aku tak berdaya menyuarakan kegembiraanku.
***
Kini
aku sudah lapuk dan tak terpakai, wanita yang berkeluh kesah akan pekerjaannya,
anak-anak berseragam putih biru dan sepasang kekasih muda tak terlihat lagi. Ku
berdiri tidak sekokoh dulu, menunggu diriku termarjinalkan dari sisi aspal.
Tidak
ada curahan kesedihan dan kegembiraan yang ku dengar. Kini aku tergantikan,
wanita tua yang dulu menyuarakan hatinya tidak memakaiku lagi. Di masukkan aku
ke kardus dan dibawanyaku ke tempat yang tak teridentifikasi.