Seperti biasa keesokan harinya aku ditugasi mengirim surat, dengan melalui rute yang sama, ku intip rumah itu, tapi sangkar putih yang terlihat, isinya entah kemana. Tertunduk ku menahan colekan pedih. Batinku berkata, mungkin ia tidak ditakdirkan untukku.
Hari demi hari terlewati dengan sesak di dada, berharap suatu hari
si merpati cantik itu terlihat dan kami bisa bercengkrama. Ku tetap dengan aktivitas suratku, yang merupakan
kewajibanku. Pagi itu kulewati sekali lagi rumah itu lalu suka cita
menghampiriku, si cantik yang dulu
kukagumi sekarang bertengker di dalam sangkar putihnya. Ku lihat ia semakin
putih dengan bulu-bulu lebat. Colekan di hatiku berubah bahagia. Tapi aku belum
bisa menghampirinya karena aktivitasku yang belum usai.
Semangat hidupku berada pada level maksimal, antaran suratku
berjalan sangat lancar setiap harinya. Majikanku memuji level kecepatanku yang
di atas rata-rata, walau memang merpati terkenal dengan kecepatan terbangnya.
Di pagi selanjutnya, majikanku memasukkanku ke sebuah sangkar
berwarna putih, dikuncinya lalu di masukkanku ke dalam roda empat.
Kekhawatiran memuncak takut kalau-kalau aku di kirim ke suatu tempat, yang
akhirnya ku tak dapat melihat merpati cantik itu lagi. Tapi apa daya, ku hanya
seekor merpati yang tak mampu melawan kekuatan fisik itu. Dari dalam roda empat
itu, ku tatap kaca bening, ku mengenal rute jalan ini, rute antaran suratku
melewati rumahnya, campuran perasaan tak karuan. Mobl berhenti di
salah satu rumah, di angkatnya aku lalu melewati lorong-lorong, terlihat sebuah
ruangan yang besar dengan ornamen klasik yang banyak, dibawanya ku tempat itu,
dan diletakkannyaku di atas meja berukuran besar.
Sekian menit berlalu, sebuah
langkah terdengar, terlihat sesorang berjalan sambil membawa sangkar berwarna
putih, di dalam sangkar itu terlihat burung yang sangat ku kenali, dialah
merpati yang selama ini kuperhatikan. Orang itu lalu meletakkan sangkarnya di
hadapanku, sangkarnya dan sangkarku kini berhadapan. Perasaan was-was ku
berubah menjadi bahagia tak karuan.
Untuk pertama kalinya kulihat ia menatapku dan berbicara, ia
jelaskanlah rangkaian peristiwa-peristiwa terskenario ini. Ia juga memperhatikanku di saat pertama kali ia melihaku pada hari yang sama, lalu dicari tahulah seluk beluk si merpati
pos ini. Kebahagiaan menyelimutiku, tak diayal takdir mempertemukanku. Kulihat ia berdiri kokoh sambil menatapku
lekat-lekat, kutahulah ia berharap menjadi bagain dariku.
Unknown
1 Desember 2013 pukul 03.08
Aisyah
3 Desember 2013 pukul 04.58