Halaman

Minggu, 29 September 2013

Invasi Streptococcus Mutan

Prajurit bakteri Streptococcus Mutan berhasil meruntuhkan tembok Enamel dan tembok Dentin hingga melaju masuk ke Pulp, membesarnya lubang-lubang berwarna gelap tersebut membuat prajurit Strepto berhasil melakukan pembantaian dari berbagai sudut. Invasi mematikan membuat pertahanan roboh hingga menghitung hari, mental lawan ciut akibat kebiadaban prajurit Strepto yang membabi buta.

Sementara di sisi lain pihak musuh mampu mempertahankan semangat juangnya. Berbagai tindakan defensif telah diupayakan oleh pihak lawan, semisal: gelombang air tawar, pembersihan bahan kimia, penanaman ranjau bawang putih/garam, hingga konsumsi obat generik asamfenamat. Namun , upaya tersebut tidak memberikan hasil yang maksimal, prajurit Strepto masih mampu bertahan bahkan mereka masih menyediakan cadangan prajurit yang tak terhitung. 

Pihak lawan yang tidak tinggal diam, melakukan kontak aliansi melalui jaringan FB dan seluler, melakukan diplomasi dengan harapan ada titik kemenanangan diujung usaha. Berbagai pembicaraan dengan aliansinya berjalan serius, opini-opini penggulingan tersedia bak air yang mengalir deras, hingga seorang komandan tertinggi bertitle dokter gigi memberikan peta kemenangan yang mematikan. Setalah rapat antar telekomunikasi usai, disusunlah rencana dengan persiapan yang matang.  

Lima hari setalah prajurit Strepto menguasai teritori

Pengibaran bendera peperangan diangkat tinggi, genderang membahana keseantaro mulut lawan, lalu konfrontasi antar pasukan terjadi. Pihak lawan dengan serangan fajarnya mengguyur dengan gelombang air yang telah dicampur obat Cataflam, serangan terjadi sebanyak tiga kali sehari, prajurit Strepto tidak menduga serangan tersebut, maka mereka melakukan seragan balik yang cukup mematikan, pemusnahan gusi hingga terjadi abeses. Serangan demi serangan terus terjadi hingga memakan beberapa hari, namun akhirnya kemengan ternyata jatuh kepihak lawan, seluruh prajurit Strepto mati secara mengenaskan. bendera kemengangan ditancamkan, operasi cataflam sukses. 

Akhirnya untuk menghalau serangan yang tidak terulang, pihak lawan melakukan kontak ke komandan tertinggi aliansi untuk melakukan penambalan yang cukup memakan waktu selama empat minggu, hingga menuju penambalan permanen berbahan liquid dan bubuk yang disebut Amalgan, walau warna kontra dengan mahkota enamel yang berwarna putih namun hal ini mampu menghalau serangan balik para prajurit Strepto.

Masa-masa suram telah berganti menuju hidup yang tenang,  pembersihan minimal dua kali sehari rutin di operasikan dengan harapan terbesar agar para prajurit tersebut tidak kembali mengikis tembok-tembok lain.